Page 140 - Ayah - Andrea Hirata
P. 140

Ayah ~ 127


            merayap. Yuyun juga jengkel sebab Sabari  tak henti-henti

            bercerita bahwa Lena punya tas plastik bermotif kulit buaya.
            Mereka putus. Pada atasannya, Nuraini, dia minta dipindah
            ke bagian unggas.
                 Akhirnya, Ukun mengenalkan Sabari  dengan seorang
            perempuan yang suka duduk sendiri di taman balai kota, ber-
            pakaian rapi seperti mau ke kantor, jarang bicara, tetapi sela-
            lu tersenyum. Sabari menemui perempuan itu. Hampir dua
            jam Sabari bercakap terus, mulai soal musim sampai soal cara
            menambal ban sepeda dengan getah pohon karet. Perempu-

            an itu tak bicara sepatah kata pun, tidak mengiyakan, tidak
            menidakkan, tidak membantah, tidak juga setuju, tidak benci,
            tidak juga suka. Dia hanya tersenyum-senyum. Sabari curiga.






            Saban hari Sabari menanti keajaiban. Misalnya, ada seseo-
            rang dari Belantik tergopoh-gopoh datang kepadanya dan
            berkata bahwa Lena rindu kepadanya. Sampai tak bisa tidur
            gara-gara rindu itu. Atau datang sepucuk surat dari Lena, da-
            lam surat itu Lena menulis bahwa setelah sekian lama waktu
            berlalu baru dia teringat akan kejadian waktu ujian masuk

            SMA dulu, dan betapa dia berterima kasih serta jatuh hati
            kepada pemuda tampan yang membuat nilai ujian Bahasa
            Indonesia -nya 10 itu, sehingga dia diterima di SMA.
                 Akan tetapi, surat-surat semacam itu tak pernah datang.
            Karena itu, Sabari menulis surat yang indah, memasukkan-
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145