Page 142 - Ayah - Andrea Hirata
P. 142

Amiru



            dan Kantor Gadai










            AMIRU  telah menghabiskan waktu yang berharga untuk
            balap sepeda itu. Dia yakin akan menang, paling tidak juara
            ketiga, tetapi mendaftar lomba saja tak boleh. Dia semakin
            gelisah karena hanya tinggal tiga minggu siaran radio yang
            ditunggu ayahnya itu akan mengudara. Pedih hatinya meng-
            hitung jumlah uang yang ada padanya. Meski telah bekerja
            keras, jumlahnya jauh dari sejuta enam ratus ribu.

                 Amiru tak mau menyerah demi ayah dan ibunya. Dia
            meminta pekerjaan apa saja, dari siapa saja, di mana saja,
            bahkan pekerjaan yang orang dewasa sendiri berat menger-
            jakannya, misalnya menggali sumur atau menjadi kuli harian
            menambal jalan raya.
                 Sabtu itu, pagi-pagi benar dia ke pasar. Kabut belum

            beranjak dari pucuk ilalang. Dalam hati dia berdoa mudah-
            mudahan mendapat banyak pekerjaan  hari  itu. Mudah-
            mudahan banyak orang  berbelanja  dan memerlukan ban-
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147