Page 145 - Ayah - Andrea Hirata
P. 145

132 ~ Andrea Hirata


          bulan.  Lengan itu seharusnya  bukan lengan anak  kecil, itu

          lengan orang dewasa, kuli kasar.
              “Kau mau menebus radio?”
              “Iya, Bu, radio ayahku.”
              Ibu kasir segera tahu apa yang telah dialami anak kecil
          di depannya, untuk menebus radio ayahnya.

              “Ayahmu senang mendengar radiokah, Bujang?”
              “Senang sekali, Bu.”
              “Kau bekerja untuk menebus radio ayahmu, ya?”
              Amiru tersenyum.
              “Bekerja apa?”
              Amiru tersenyum lagi.
              “Aku pun senang mendengar radio.” Ibu kasir terharu.
          Mungkin dia punya anak seusia Amiru. Dibawanya kuitan-

          si itu ke ruang di belakang. Tak lama kemudian dia kembali
          membawa sebuah radio. Amiru gemetar.
              Ibu menyerahkan radio itu, Amiru langsung menyam-
          bar dan memeluk radio itu. Tak hirau dia akan orang-orang
          yang heran. Ibu terhenyak karena haru.

              Amiru bergegas ke tempat parkir. Diikatnya radio  itu
          di boncengan sepeda lalu dikayuhnya sepeda dengan cepat.
          Sepeda meluncur melewati pasar dan jajaran panjang para
          pedagang kaki lima. Amiru tak mau menoleh ke belakang.
              Dilewatinya kampung demi kampung dan tibalah dia di
          jalan yang panjang. Sepi, hanya padang di kiri-kanan jalan.
          Amiru melepaskan tangan dari setang sepeda dan memben-
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150