Page 165 - Ayah - Andrea Hirata
P. 165

Biru



          Karena Rindu










          LIHAINYA waktu menipu. Tak terasa setahun cincai. Sabari
          telah bekerja di pabrik Markoni.  Pulang kerja, dia senang
          karena kembali ke kebiasaan lama,  yaitu mendorong kursi
          roda ayahnya, keliling kampung, saling berkisah, menyitir pu-
          isi sambil memandangi matahari terbenam di muara Sungai

          Lenggang.
              Ayahnya yang berjiwa seni, melihat apa pun selalu terin-
          spirasi. Kawanan burung punai melintas menyerbu bakung,
          ayahnya berseru:



              Wahai warna-warni yang berkelebat!
              Tak sudikah singgah sebentar?
              Hinggap di hatiku yang biru
              Mengharu biru karena rindu
   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170