Page 162 - Ayah - Andrea Hirata
P. 162

Ayah ~ 149


            capkan banyak hal untuknya, tanpa harus membuka mulut

            dan memperlihatkan gigi tupainya itu.
                 Sesekali Izmi mengunjungi Zuraida, yang dulu bercita-
            cita menjadi pramugari  dan sekarang  menjadi tukang kue
            satu. Selalu  ditanyakannya kabar  Sabari  dan terpana Izmi
            mendengar kisah hidup lelaki bak sandiwara radio itu. Kalau

            ada orang di dunia ini yang dapat membuatnya menjadi dok-
            ter hewan, orang itu adalah Sabari.
                 Adapun  Sabari sendiri riang sentosa di pabrik batako
            Markoni. Dia bekerja sambil bersiul-siul dan bersisir setiap
            ada  kesempatan. Pekerjaan  berat, ringan saja  baginya.  Si-
            kapnya yang polos, periang, auranya yang sangat positif, dan
            tingkahnya  yang agak  eksentrik, telah  membawa suasana
            baru di dalam pabrik sehingga dengan cepat dia disenangi

            rekan-rekan sesama kuli. Kehadirannya membuat pabrik per-
            cetakan batako meriah.
                 Sabari begitu gembira, apakah lantaran dia menerima
            upah yang besar? Tidak juga. Apakah lantaran dia tiba-tiba
            menjadi tampan? Mustahil. Semuanya tak lain tak bukan ka-

            rena Lena. Yaitu, sesuai dengan apa yang dibayangkannya
            sebelum bekerja di pabrik itu, di sela-sela pekerjaannya, se-
            kali-sekali,  meski  hanya berkelebat sepintas, macam  tikus
            diuber meong, dia bisa melihat Lena, dan hal itu lebih dari
            cukup  untuk  membuatnya berangkat tidur dalam keadaan
            tersenyum simpul, tidur dalam keadaan tersenyum lebar, dan
            bangun tertawa. Sebaliknya, Lena yang kemudian tahu Sa-
   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167