Page 157 - Ayah - Andrea Hirata
P. 157
Wawancara
HANYA sehari setelah mengundurkan diri dari pabrik es di
Tanjong Pandan, Sabari telah berada di Kelumbi, tepatnya
di kantor Markoni. Bukan satu-dua orang yang mengingat-
kan tokoh kita itu soal watak Markoni, bahwa dia memang
orang jujur, tetapi berkepala batu, pemberang bukan buatan.
Kalau bicara sekehendak mulutnya. Ungkapan bahwa kata-
kata tidak meminjam, cuma-cuma, dan barang siapa yang
banyak bicara akan selamat dapat dilihat dalam diri Marko-
ni. Namun, Sabari tak gentar. Kiranya satu batalion tentara
Napoleon pun tak dapat menghalangi langkahnya menuju
Marlena. Menghadapi Markoni, Sabari sadar betul bahwa
dia memasukkan kepala bola bekelnya itu ke mulut singa.
“Apa maksud kedatangan Saudara?!” tanya Markoni.
“Mencari kerja, Bang.”
“Pertama-tama!” Tak ada angin tak ada ombak, Marko-
ni langsung naik tensi. “Saudara datang ke sini mencari kerja,

