Page 160 - Ayah - Andrea Hirata
P. 160

Ayah ~ 147


                 “Pernah sekolah?”

                 “Pernah.”
                 “Ijazah terakhir?”
                 “SMA.”
                 “Nilai Matematika di ijazah terakhir?”
                 “Enam.”

                 “Saya dulu delapan.”
                 Siapa yang bertanya?
                 “Bisa bahasa Inggris?”
                 “Sedikit.”
                 “Apa benar kudengar kabar orang Belantik kalau makan
            berkeringat kalau bekerja tidak?”
                 “Benar, Pak.”
                 “Punya hobi?”

                 “Punya, Pak”
                 “Apa?”
                 “Membuat puisi.”
                 “Hobi macam apa itu?!”
                 Sabari tersenyum.

                 “Kalau melihat muka Saudara, sebenarnya saya tidak
            mau menerima Saudara. Tertekan batin saya melihat muka
            Saudara.”
                 Sabari tersenyum lagi.
                 Sejak itu bekerjalah Sabari di pabrik Markoni.
   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165