Page 163 - Ayah - Andrea Hirata
P. 163

150 ~ Andrea Hirata


          bari bekerja di pabrik ayahnya di samping rumah mereka,

          dan tahu strategi udang di balik batu yang tengah diluncur-
          kannya, memuncak bencinya kepada si Gigi Tupai itu.
              Dalam waktu singkat, Sabari segera hafal sepak terjang
          Lena, misalnya pukul berapa dia keluar rumah, pukul berapa
          dia pulang, hari apa dia tidak pulang, serta lelaki mana saja
          yang mengantarnya pulang. Sabari juga tahu bahwa hanya
          berselang sebentar setelah Lena sampai di rumah, pasti me-
          letus pertengkaran sengit antara dia dan ayahnya. Teriakan-
          teriakan mereka terdengar sampai ke pabrik dan rumah-

          rumah tetangga. Semula Sabari terkejut, tetapi karena hal itu
          selalu terjadi, lama-lama dia terbiasa.
              Kata Sabari kepada Ukun dan Tamat, setiap pukul 5.00
          sore, dia bersiap-siap di pekarangan pabrik.
              “Rupanya telah terjalin hubungan batin antara aku dan
          Lena.”
              “Maksudmu?”
              “Kalau kudengar bunyi motor dari jauh, kutempelkan
          telingaku ke tanah dan aku tahu berapa motor yang meng-
          antar Lena pulang. Aku juga tahu Lena membonceng motor
          siapa.”
              “Yang benar?” Alis Tamat naik.

              “Ya, dengan menempelkan telingaku di tanah aku pun
          tahu merek motor yang memboncengkan Lena. Senin, Lena
          diantar pria naik motor Honda bebek Super Cub. Selasa, Ya-
          maha L2G. Rabu, Kawasaki Binter. Kamis, Honda CG 100.
          Jumat, Vespa VX150. Sabtu, sepeda keranjang.”
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168