Page 285 - Ayah - Andrea Hirata
P. 285

272 ~ Andrea Hirata


          Zorro lega karena akhirnya menyelesaikan kelas empat SD

          di Bagansiapiapi. Nilai-nilai rapornya  ciamik. Baginya itu
          istimewa mengingat hidupnya yang kacau balau. Dia selalu
          belajar meski keadaan tak mendukung. Dia membaca buku
          di terminal, di stasiun, dalam bus, kereta, dan kapal feri. Dia
          belajar saat menunggu ibunya pulang dari bekerja menjaga

          toko. Dia membuat PR sambil menunggui dagangan kue ber-
          sama ibunya.
              Ke mana pun dia pergi, di mana pun dia berada, Zorro
          gampang menyesuaikan diri dan selalu disukai kawan-kawan
          dan guru-gurunya. Karena semakin besar semakin nyata dia
          mewarisi kecerdasan dan keelokan paras ibunya dan di sisi
          lain dia mewarisi kelembutan dan kesabaran Sabari. Tak ter-
          bayangkan malangnya nasib bocah itu jika kombinasi itu ter-

          tukar.
              Guru-guru di Bagansiapiapi tak henti-henti membicara-
          kan pandainya murid baru itu. Nilai Bahasa Indonesia Zorro,
          hmmm,  9,5. Hampir sempurna. Mungkin karena manusia
          tak mungkin mendapat nilai bahasa yang sempurna seperti

          kata Bu Norma, gurunya menahan diri untuk tidak membe-
          rinya angka 10.
              Suatu ketika guru Kesenian memintanya bernyanyi di
          depan kelas. Zorro menawar, bolehkah nyanyian digantinya
          dengan puisi? Guru tak berkeberatan.
   280   281   282   283   284   285   286   287   288   289   290