Page 288 - Ayah - Andrea Hirata
P. 288

Ayah ~ 275


            yang pernah ditemuinya, tempat, bahkan guru Matematika,

            lihai berbalas pantun.
                 Anak-anak liar puisi Zorro menemukan lapangan untuk
            berlari-lari di sekolah di Tanjung Pinang. Berangkat sekolah
            dia tersenyum,  pulang sekolah, tertawa,  mengerjakan PR,
            bersiul-siul.

                 “Kelas berapa kau sekarang, Boi?” tanya ibunya.
                 Zorro tersenyum karena dia tahu sebenarnya ibunya
            tahu dia kelas berapa.
                 “Berapa sih, umurmu, Boi?”
                 Zorro tersenyum lagi,  ibunya pun tahu persis berapa
            umurnya. Namun, minggu itu saja sudah tiga kali ibunya ber-
            tanya begitu. Zorro sendiri senang ditanya hal yang sama.
                 Sesungguhnya Lena tak mengharapkan jawaban. Dia

            bertanya karena kagum akan Zorro yang dapat dengan te-
            nang, tak pernah mengeluh, menghadapi situasi yang sulit.
            Dia merasa bersalah.
                 “Maafkan Ibu, Zorro, keadaan kita tak menentu begi-
            ni.” Mata Lena berkaca-kaca.

                 “Ih, tak apa-apa, Ibunda, tak apa-apa, janganlah berse-
            dih.”
                 Ibunya berusaha menahan air mata.
                 “Jadi, apakah kita akan pindah lagi?” kata Zorro sambil
            berpura-pura gesit membereskan buku-bukunya. Dia meng-
            goda ibunya, untuk menghiburnya. Ibunya tertawa sambil
            menangis.
   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293