Page 296 - Ayah - Andrea Hirata
P. 296

Ayah ~ 283


            menyeruduk gerobak, menguasai  jalan.  Pasar  kacau balau.

            Sabari  berdiri di tengah kekacauan itu. Berdiri mematung
            tanpa dosa, bingung. Usut punya usut, menurut keterangan
            para saksi, gembala ternak yang bernama Sabari bin Insya-
            fi itu, di pertigaan di ujung kampung, harusnya menggiring
            ternaknya ke kiri, tetapi mungkin dia melamun, ternak malah
            digiringnya ke kanan, langsung menuju pasar.
                 Sabari berurusan dengan polisi. Namun, demi melihat
            gembala yang duduk dengan lesu, pasrah, dan hanya melihat
            kosong ke satu arah, Ajun Inspektur Agung Novrianto sege-

            ra tahu bahwa tak banyak yang bisa dilakukan dengan lelaki
            yang telah bertahun-tahun dilanda penderitaan yang tak ter-
            perikan. Sabari dilepas kembali dalam waktu kurang dari satu
            kali 24 jam.
                 Tahun kedelapan, tak ada lagi yang melihat Sabari di
            rumahnya. Atap rumbia yang jatuh akibat sapuan angin sela-
            tan dan tetap tergeletak di beranda, menandakan tak ada lagi
            umat manusia di rumah itu. Rupanya Sabari sudah meming-
            gatkan diri sendiri dari rumah. Dia hidup menggelandang di
            platform pasar ikan bersama Abu Meong dan puluhan kucing
            pasar dan anjing kurap di sana. Pasar selalu menjadi tempat
            orang membuang anak-anak kucing dan anjing yang tak di-

            inginkan. Sabari pun merasa terbuang, tak diinginkan oleh
            cinta. Dia pun merasa nasibnya tak ubahnya nasib Florentino
            Ariza.
                 Sabari makan dari belas kasihan para pemilik warung
            nasi di seputar pasar. Kalau tak sedang ingin melamun, sese-
   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301