Page 298 - Ayah - Andrea Hirata
P. 298

Ayah ~ 285


                 Zuraida melihat map terapit di ketiak Sabari.

                 “Map apa itu?”
                 Sabari tak menjawab.
                 “Apa, Boi?”
                 Zuraida merampas map itu dan membukanya. Terkejut
            dia melihat berlembar-lembar daftar menu restoran.

                 “Untuk apa ini?!”
                 Sabari diam saja sambil menjulurkan tangan agar Zurai-
            da mengembalikan map itu.
                 “Pulanglah, mandi sana, cukur rambut, nonton  layar
            tancap, lihat pasar malam, goda-goda perempuan di Pantai
            Tanjong Pendam, macam orang laki lainnya, kembalikan hi-
            dupmu! Jangan sinting begini.”
                 Sabari tak acuh.

                 “Ada lagi lomba maraton piala kemerdekaan. Ikut saja,
            Ri, seperti dulu. Kau pelari hebat. Berlarilah, kau pasti jadi
            juara lagi.”
                 Sabari memalingkan wajahnya.
                 “Jangankan berlari, Rai, berjalan pun aku tak sanggup.”

                 Sabari berlalu, Zuraida mengerti maksudnya. Sedih dia
            melihat Sabari berjalan dengan langkah berat, seakan-akan
            kakinya ditambati batu.
                 Nun di tepi jalan sana, juru antar surat dari pengadilan
            agama bersusah payah mengengkol motornya.
   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303