Page 302 - Ayah - Andrea Hirata
P. 302

Ayah ~ 289


            ada hanya si sulung dan si bungsu. Mak Long Ngamot punya

            suami orang Batu Belida, tukang bikin taoco, namanya Ma-
            hanip. Maka, boleh juga dia kupanggil Pak Long Mahanip.
            Di Kampong Burong Kedidi aku juga punya pak nga, karena
            dia anak tengah, namanya Pak Nga Syaram. Pak Cik dan Pak
            Nga itu adalah adik-adik ibuku. Pak Nga Syaram orangnya

            memang seram. Pekerjaannya bikin rusip. Dia kawin dengan
            orang Kampung Lutung Tenteram bernama Hanum. Maka,
            bolehlah istrinya kupanggil Mak Nga Hanum. Mereka punya
            delapan anak, Zainap, Sinap, Mainap, Tatap, Rangkap, Inap,
            Mantap, dan Genap. Nah, si Genap itu punya anak yang ber-
            nama Harap. Harap sekolah di SMK jurusan Tata Boga alias
            masak-memasak. Setiap libur Lebaran, kantor pos menerima
            siswa magang. Tugas mereka menyortir surat dan kartu Le-

            baran. Tahun lalu, Harap bin Genap ikut magang di kantor
            pos dan bercerita kepada ayahnya bahwa dia pernah melihat
            surat untukmu. Katanya, di sampul surat itu ada tulisan, ke
            hadapan Siti Zamia Zuraida binti Alim Makruf Kabarudin,
            Kampung Belantik, Belitong, kode pos 33462. Nama si pengi-

            rim: Marlena binti Markoni, di satu tempat di Kota Medan.
            Tak ada nama seelok namamu di Belitong ini, Rai, dari hulu
            Sungai Lenggang sampai ke Padang Buang Anak. Ayah Ha-
            rap, yaitu si Genap itu, bercerita kepadaku soal surat itu. Mau
            apa kau sekarang, Boi? Kena kau!”
   297   298   299   300   301   302   303   304   305   306   307