Page 307 - Ayah - Andrea Hirata
P. 307

294 ~ Andrea Hirata


              Ukun tersinggung.

              “Ah, kau pun tak lancar bahasa Indonesia.”
              Tamat tak terima.
              “Tak ada hormat, mari kita coba!”
              “Apa bahasa Indonesia-nya gelaning?” Ukun menjajal Ta-
          mat. Gelaning satu kata kuno dalam bahasa Belitong.

              “Aih, gampang, artinya ‘bersih, rapi’.”
              Delemot bertepuk tangan, Ukun tersenyum pahit.
              “Ayo, apa lagi.”
              “Hademat.” Kata Belitong yang lebih kuno lagi. Bahkan,
          orang Belitong sendiri belum tentu tahu.
              “Oh, gampaaaaaang .... Artinya ‘bunyi yang sangat be-
          sar, menggelegar,  misalnya gunung meletus’.”  Jawaban itu
          benar.

              Delemot bertepuk tangan lagi.
              “Giliranku!” bentak Tamat.
              Ukun gugup.
              “Apa bahasa Indonesia-nya ngayau?”
              “Jalan-jalan!” jawab Ukun tangkas.

              Delemot bertepuk tangan untuk Ukun.
              Tamat jengkel. “Apa bahasa Indonesia-nya ketumbi?”
              Ketumbi adalah satu kata yang cantik, sayangnya sudah
          jarang  dipakai orang Belitong. Artinya ‘tertinggal paling bela-
          kang’, dalam perjalanan atau perlombaan.
              Ukun tergagap-gagap. Dia tak mampu mengungkap arti
          kata ketumbi dalam bahasa Indonesia. Keringat bertimbulan di
   302   303   304   305   306   307   308   309   310   311   312