Page 312 - Ayah - Andrea Hirata
P. 312

Ayah ~ 299


            karena kurang  makan. Rambutnya  panjang  awut-awutan

            macam rambut Lenny Kravitz sebelum di-rebonding tempo
            hari. Jenggotnya panjang macam jenggot pertapa Kapuchin.
            Kumisnya simpang siur. Mukanya kumal jarang dibasuh. Se-
            pasang mata yang liar melirik-lirik dengan cepat. Tipikal pan-
            dangan mata orang sakit ingatan.

                 “Astaga, apa yang terjadi kepadamu, Boi?” tanya Tamat.
                 “Lihatlah, rupamu macam iblis.” Zuraida terperangah.
                 Sabari tersenyum pahit, lalu menunduk.
                 Tamat  mengatakan bahwa  esok  sore  mereka akan ke
            Sumatra untuk mencari Lena dan Zorro. Jika berjumpa, me-
            reka akan membujuknya agar pulang ke Belitong. Sabari tak
            berkata-kata.
                 “Karena itu, Boi,” kata Ukun, “tolong jangan gila dulu.

            Biarlah kami mencari Lena dan Zorro dulu. Kalau kami ga-
            gal, silakan nanti kalau  kau mau menjadi gila,  tak ada ke-
            beratan dariku dan Tamat sebagai kawan-kawanmu. Untuk
            sementara ini, tahan dulu.”
                 Sabari diam saja. Diam macam kuburan.







            Keesokannya,  Jumat sore, berbondong-bondong orang  ke
            dermaga untuk mengantar Tamat dan Ukun. Banyak seka-
            li, mereka datang karena bersimpati pada dua sahabat yang
            ingin mencari Lena dan Zorro, demi sahabat lainnya.
   307   308   309   310   311   312   313   314   315   316   317