Page 306 - Ayah - Andrea Hirata
P. 306

Ayah ~ 293


                 Akan tetapi, terjadi sedikit masalah soal surat wasiat itu.

            Yaitu, ketika Kades menanyakan harta benda apa saja yang
            mereka miliki dan kepada siapa saja akan diwariskan, ternya-
            ta benda paling berharga punya Tamat hanya sebuah sepeda
            Simking butut made in China, yang mungkin diproduksi zaman
            Dinasti Tang.

                 Sepeda itu  pernah  menabrak  truk timah  yang tengah
            parkir sehingga garpu depannya melesot. Jika dinaiki sepeda
            itu selalu mengajak pengendaranya belok ke kiri. Mirip ke-
            cenderungan kiri pemiliknya.
                 Adapun setelah ditelaah secara mendalam, harta paling
            berharga Ukun hanya jam tangan Rado. Merek yang pres-
            tisius memang, satu jam tangan yang sering dikenakan para
            petinggi eselon 3 paling tidak, tetapi arloji Rado punya Ukun

            agak aneh, jika diamati lebih dekat, tulisan Rado di dalam
            jam itu mirip tulisan Ridho.
                 Alhasil, proses pembuatan surat wasiat itu ditunda.
                 Rencana  perjalanan mereka semakin  matang. Di  wa-
            rung kopi Solider, Tamat berkata, “Delemot menjadi saksi,

            kau kutunjuk sebagai juru bicara dalam perjalanan kita nanti.
            Aku sendiri adalah pemimpin ekspedisi.”
                 Tamat menunjuk Ukun dan menunjuk dirinya sendiri.
            Delemot, pegawai warung kopi, mengangguk.
                 “Ojeh, Mat.”
                 “Masalahnya, bagaimana mau jadi juru bicara, bahasa
            Indonesia pun kau tak becus!”
   301   302   303   304   305   306   307   308   309   310   311