Page 297 - Ayah - Andrea Hirata
P. 297

284 ~ Andrea Hirata


          kali dia membantu mencuci piring. Pegawai warung membe-

          rinya kopi.
               “Terima’ kase, Kak,” langsung diminumnya.
              “Aduh, enaknya teh ini.”
              Dikasih teh, dia berkata, “Terima’ kase, Kak, tak pernah
          aku merasa air putih seenak ini.”

              Dikasih air putih dia bertanya, “Kakak, mengapa teh ini
          tak ada rasanya?”
              Dari sore sampai malam, Sabari  adalah  satu-satunya
          manusia di platform pasar ikan. Dia berjalan melalui relung-
          relung gang pasar yang sepi sambil menggendong Abu Me-
          ong dan memanggil-manggil Marleni. Kerap pula memanggil
          Marlena dan Zorro. Langkahnya diikuti belasan kucing pasar.
          Jika ada penertiban gelandangan dan orang gila, kerap Sa-

          bari dinaikkan ke bak mobil pikap polisi pamong praja, tetapi
          tak lama kemudian dia akan kembali lagi ke pasar ikan.
              Suatu ketika Zuraida melihat Sabari berkelebat di pasar
          ikan, langsung jalannya dipotong Zurai.
              “Boi! Apa-apaan  kau ini?! Kalau  mau sinting bilang-

          bilang! Jangan raib begitu saja!”
              Sabari menunduk dalam.
              “Lihatlah kau kurus sekali!”
              Sabari mengangkat wajahnya.
              “Biarkan aku kurus, Rai, biar aku bisa bersembunyi di
          balik ilalang.”
              “Puisi gila itu lagi! Majenun! Puisi sudah tak musim!”
   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302