Page 294 - Ayah - Andrea Hirata
P. 294

Ayah ~ 281


                 Selebihnya, Sabari hanya melamun sendiri di beranda,

            lama memandang ke satu arah. Kalau ada layangan putus
            yang mendarat di pekarangan rumahnya, dipungutnya. Di-
            kumpulkannya tali layangan-layangan putus itu, disambung-
            sambungnya sampai panjang, ditulisnya di secarik kertas:
            Zorro, pulanglah, Ayah menunggumu. Disematkannya kertas itu di

            teraju layangan. Layangan dinaikkan tinggi-tinggi dengan tali
            yang panjang itu, lalu setelah tali habis diulur, dengan sengaja
            layangan itu diputuskannya. Dibayangkannya layangan putus
            itu akan hinggap di Sumatra, lalu ditemukan Zorro.
                 Pernah  pula seorang nelayan  mendapat  seekor penyu
            yang besar. Sabari memintanya. Dia tahu penyu dapat ber-
            umur lebih tua daripada manusia dan suka menjelajah lintas
            samudra. Dengan ujung paku yang tajam, ditulisnya pesan

            dalam  bahasa  Inggris  semampunya  di sekeping aluminium
            seukuran telapak tangan. Dilubanginya lempeng aluminium
            itu, lalu diikatkannya ke kaki penyu dengan akar bahar yang
            tahan air laut. Penyu itu dilepaskannya kembali ke laut. Da-
            lam pikirannya yang sudah tak beres, seseorang tak tahu di

            negeri mana akan menemukan penyu itu, menerima pesan-
            nya, lalu menyampaikannya kepada Lena dan Zorro.
                 Tahun kedua, Sabari masih tinggal di rumah. Dia meng-
            gembala kambing dan sapi, lalu pulang. Setiap malam Jumat
            dia menonton televisi di balai desa, tetap duduk sendiri di ba-
            gian yang agak gelap, nun di pojok sana. Orang-orang terta-
            wa menonton “Srimulat”, Sabari tidak. Orang-orang berse-
   289   290   291   292   293   294   295   296   297   298   299