Page 369 - Ayah - Andrea Hirata
P. 369

356 ~ Andrea Hirata


              Dinamut menyeret kursi, Sabari menyeret meja. Dina-

          mut menyeret meja, Sabari menyeret lemari. Dinamut me-
          nyeret setandan pisang, Sabari menyeret batang pisang. Di-
          namut  menyeret  gerobak bakso,  Sabari menyeret  gerobak
          pemulung besi.
              Dinamut berlari sambil menggendong kambing. Meski

          tak mampu, Toharun menekan Sabari  agar  berlari  sambil
          menggendong sapi, anaknya paling tidak. Dinamut berlari di
          pinggir Sungai Lenggang yang banyak ular, Toharun meme-
          rintahkan Sabari berlari di pinggir Sungai Buta, yang banyak
          buaya, Sabari berlari terpontal-pontal.
              Juru antar surat pengadilan agama sering melihat Sabari
          berlari melintasi pasar. Dia masih mengenali Sabari. Sore itu
          Sabari beristirahat di jembatan setelah digojlok Toharun ber-

          lari mengelilingi pasar tujuh kali. Juru antar menghampirinya.
              “Tentu  Bung masih ingat denganku,” sapa juru antar
          sambil menjulurkan tangan.
              Sabari menyalaminya, berusaha mengingat wajah yang
          ramah itu.

              Bertahun-tahun hidup dalam  kekalutan, saraf-saraf
          ingatan Sabari sempat kusut. Wajah  di depannya  pernah
          hinggap dalam kepalanya, kini dia lupa. Namun, ingatan Sa-
          bari pulih melihat sepeda motor bebek tua Yamaha V-80 itu.
          Sebab, tak ada lagi orang yang memakai motor seperti itu.
          Beberapa bagian motor yang dicat sendiri dengan cat kuda
          terbang juga tak gampang dilupakan.
   364   365   366   367   368   369   370   371   372   373   374