Page 374 - Ayah - Andrea Hirata
P. 374

Ayah ~ 361


            Seandainya mampu menanggung malu dan siap berurusan

            dengan penegak hukum, mau tidak berpakaian juga boleh.
                 Mau pakai sepatu atau tidak, itu urusan rumah tangga
            peserta, panitia takkan ikut campur. Yang penting berlari se-
            telah bunyi tembakan pistol palsu, lalu berlarilah kau sekuat
            jiwa dan ragamu. Mau berlari tanpa mengikuti jalan yang di-

            tentukan panitia juga boleh, asal bersedia tidak diberi hadiah
            seandainya menang. Lomba lari memperingati Hari Kemer-
            dekaan adalah ekspresi paling  manis dari  kemerdekaan itu
            sendiri.
                 Maka, berbondong-bondonglah keluarga bahagia atau
            berpura-pura bahagia ikut lomba lari itu. Ini hiburan sambil
            gerak badan. Banyak badut dan orang berkostum aneh-aneh.
            Mereka adalah pelari tanpa nomor peserta, yang setelah satu

            atau dua kilometer akan berubah menjadi pejalan kaki. Tak
            soal, semua gembira merayakan kemerdekaan. Bendera me-
            rah putih berkibar di mana-mana. Meriah.
                 Tak terhitung banyaknya pelari amatir dengan misi yang
            mulia, yakni menyelesaikan lomba. Mereka sadar bahwa

            mustahil jadi juara, tekad mereka hanya menaklukkan garis
            finis, untuk menaklukkan mereka sendiri sesungguhnya. Se-
            perti Pendidikan Moral Pancasila di sekolah, lomba lari juga
            pembentuk karakter.
                 Bagian yang mendebarkan adalah para pelari sesungguhnya
            yang memang datang ke arena untuk melipat satu sama lain,
            dengan satu tujuan, dan satu tujuan saja, yaitu meraih piala
   369   370   371   372   373   374   375   376   377   378   379