Page 378 - Ayah - Andrea Hirata
P. 378

Ayah ~ 365


            las tahun mereka telah menunggu kesempatan itu. Kris Dep

            menghajar drum dengan hantaman 4/4 dan tempo paling ti-
            dak 200 beat per minute, satu entakan rock masa kini yang cepat
            dan keras minta ampun. Dengan satu gerakan tangkas Jon
            menyambar mik lalu melolong aku berlariiiiii, aku berlariii, aku
            berlariiiiii .... Suaranya lantang mengiringi ribuan pelari yang

            berhamburan di Belitong.
                 Sesuai arahan Toharun, Sabari  harus menahan diri.
            Tidak perlu terlalu bernafsu seperti rombongan besar para
            pelari kemarin sore yang tak berpengalaman itu. Ini lari jarak
            jauh, Bung!
                 “Ingat, Ri!” pesan Toharun. “Jarak tempuh empat puluh
            kilometer. Sepuluh kilometer pertama, cukuplah kau berada
            di rombongan ketiga dari terdepan. Sepuluh kilometer kedua,

            masuk rombongan kedua. Sepuluh kilometer ketiga, masuk
            rombongan pertama. Berarti sisa tujuh setengah kilometer.
            Dua setengah kilometer berikutnya kau paling tidak di urut-
            an kedelapan dalam rombongan pertama itu. Satu koma dua
            kilometer berikutnya kau harus menduduki urutan keenam.

            Satu koma empat kilometer selanjutnya, urutan keempat.
            Sisanya ....” Toharun pusing sendiri. “Pandai-pandai kaulah
            membaginya, yang penting kau juara!”
                 “Baiklah, Run.”
                 Sabari berlari dengan konsisten menjaga petuah pela-
            tih. Kendaraan polisi pengawal lomba sesekali melolongkan
            sirene. Sepanjang jalan orang-orang bertepuk tangan sambil
   373   374   375   376   377   378   379   380   381   382   383