Page 381 - Ayah - Andrea Hirata
P. 381
368 ~ Andrea Hirata
Bagaikan seekor kijang
Aku berlari di tengah padang
Tak ada yang dapat mengadang
Halangan akan kuterjang
Aku berlari kencang
Berlari kencang sehingga aku terbang
Aku berlari kencang, aku terbang
Dinamut panas hati, panas kepala. Digenjotnya tunjang-
an kaki dan melejitlah dia melewati Sabari. Para pendukung-
nya di warung-warung kopi bersorak macam orang dirasuki
setan. Giliran pendukung Sabari tersenyum pahit. Tentu tokoh
kita tidak membiarkan begitu saja perbuatan Dinamut yang
kurang ajar itu. Dia juga menggenjot tungkainya, tetapi seperti
diungkapkan dengan agak histeris oleh penyiar radio, Sabari
gagal mendapatkan momentum dan tersuruk ke belakang.
Sejurus kemudian Sabari bingung melihat bayangan-
bayangan berkelebat dengan cepat di sisi kiri-kanannya. De-
tik berikutnya dia mendapati dirinya telah dilewati oleh lima,
bahkan mungkin sepuluh pelari. Zuraida, Izmi, dan juru an-
tar tercengang dekat radio.
Begitu cepat semuanya berubah, tahu-tahu penyiar me-
ngabarkan bahwa Sabari telah berada di posisi buntut rom-
bongan kedua. Toharun berteriak-teriak tak keruan. Sabari
mencoba menambah akselerasi, tetapi gagal. Dilihatnya Di-
namut dan pelari lainnya telah jauh di depan.

