Page 87 - Wisata Kuliner
P. 87
dalami makanan ataupun teknik memasak tradisional. Kuliner
tradisional yang seharusnya mampu menjadi daya tarik Indo-
nesia, justru kurang menonjol di negeri sendiri.
Dari sisi industri, pada dasarnya industri kuliner sudah
terbentuk sejak lama dan terus berkembang. Data BPS menunjuk-
kan nilai rata-rata pertumbuhan unit usaha kuliner (1.48%) yang
berada di atas nilai rata-rata industri kreatif (0.98%) dan nasional
(1.05%). Hal ini menunjukkan minat industri yang tinggi terhadap
usaha kuliner, namun hal ini belum diimbangi dengan kualitas
produk yang dihasilkan. Masih ada isu dalam standar usaha yang
belum baik, terutama dari hygiene sanitasi.
Hal lainnya yang perlu ditinjau adalah pemasaran kuliner
Indonesia yang masih lemah, penetrasi pasar yang belum optimal
baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu penyebabnya
adalah lemahnya kelembagaan yang ada. Beberapa pemangku
kepentingan masih belum bersinergi dengan baik untuk mengem-
bangkan industri kuliner, dari sisi pemerintahan pun, beberapa
institusi memiliki program masing-masing yang terkadang
menjadi tumpang tindih dan tidak efektif. Koordinasi yang baik
diperlukan untuk menyatukan pihak pelaku usaha, pemerintah,
industri, komunitas, dan juga akademisi dalam mengembangkan
daya saing industri kuliner.
Selain itu, analisis mengenai daya saing subsektor di pasar
dunia dapat dilakukan dengan membandingkan data ekspor dan
impor sesuai dengan Gambar 3-8. Bentuk ekspor dari subsektor
kuliner ini secara umum dapat berupa dua kategori, yaitu 1)
warga negara asing yang mengonsumsi makanan dan minuman di
Indonesia dan 2) perusahaan Indonesia yang membuka usaha
kuliner
79 | Peta dan Ruang Lingkup Industri Kuliner

