Page 194 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 194
malah mereka balik membalas dengan keluh kesah yang lebih
menyedihkan.
Semua itu membuatku lelah. Puncaknya terjadi hari ini
ketika sudah susah payah semalaman aku melembur koreksi
tugas dan paginya menerjang hujan untuk menuju sekolah,
malah ketika sudah sampai aku sama sekali tak mendapati
siswaku yang hadir kecuali Viktor. Itu benar-benar
membuatku kesal.
Mendadak aku kembali teringat tujuan awalku datang
ke sini. Bukankah tujuan utamaku hanya untuk mendapatkan
gelar PNS? Sudah itu saja. Bukankan aku tak benar-benar
berniat mengajar di sini? Jalan ini adalah opsi terakhir yang
terpaksa harus kupilih. Seharusnya aku tak perlu kesal
dengan sikap siswa-siswaku. Biarkanlah mereka bertindak
semaunya. Bukan urusanku. Peduli setan mereka mau belajar
atau tidak, yang penting mereka tidak mengganggu
kepentinganku dan aku masih tetap mendapat gaji.
Malam ini kurasakan dingin yang begitu menyengat.
Tubuhku menggigil dan gigiku bergemeretak. Mungkin karena
efek kehujanan tadi pagi membuatku sakit. Kini aku terkapar
di kasur. Lemah tak berdaya. Menahan dingin bercampur
dengan rasa jenuh dan frustrasi yang telah mencapai titik
kulminasinya. Aku mulai tak mampu menahan kelopak mataku
untuk tidak terpejam. Kurasakan pudar dalam kegelapan. Dan
aku mulai berhalusinasi. Mendadak kurasakan dunia seakan
menjadi medan ambiguitas. Aku dibuat bingung dengan segala
yang telah terjadi di sini.
185
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

