Page 199 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 199
murung. Tidak seperti biasanya yang selalu bersemangat.
Wajahnya nampak pucat sayu. Tangannya gemetar, dadanya
masih naik turun menghela napas. Keringat di dahinya masih
bercucuran, pun dengan keringat yang mengalir di
punggungnya sampai membuat bajunya basah. Karti tak habis
pikir. Pekerjaan berat seperti itu harus dilakoninya setiap
pagi tanpa pernah libur sekalipun ia sedang kurang enak
badan.
Karti adalah perempuan biasa bahkan mungkin masih
terlalu muda untuk melakukan tugas berat seperti itu. Karti
tak bisa mengelak, karena itu sudah menjadi kewajibannya
sebagai anak yang harus membantu orangtua. Walaupun
setiap pagi buta Karti harus memeras keringatnya demi
mendapatkan dua ember air bersih, tidak ada alasan lain yang
bisa membuat Karti berhenti dari pekerjaan ini. Setiap pagi
sebelum fajar terbit, Karti sudah bangun dan melepas
mimpimimpi indah saat tidurnya. Dua ember besar sudah
menantinya untuk dibawa ke sumber mata air di sungai yang
ada di dekat rumahnya. Di luar rumah masih cukup gelap dan
pandangan mata Karti tidak bisa melihat jalan dengan mata
telanjang. Dengan bantuan obor yang dibuatnya dari bambu,
Karti melangkah menuju sungai, letak sumber mata air itu
berada. Suara desau angin masih berembus lirih,
sedikitsedikit membuat Karti merinding. Belum ada manusia
yang beraktivitas karena pagi masih buta. Hanya ada suara
jangkrik yang mengerik mengiringi langkah kecilnya. Sampai
di sungai Karti mengisi penuh kedua embernya dengan air
190
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

