Page 201 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 201
Karti tidak pernah menuntut apapun kepada ibu dan
bapaknya. Bagi Karti, dapat hidup bersama-sama dengan
kedua orangtua dalam satu atap yang sama adalah nikmat
yang luar biasa. Kesederhanaan keluarga Karti membuatnya
nyaman dan tenang meski kadang beban hidup yang harus
diembannya teramat berat hingga menjadikannya lelah.
Setiap pagi selepas mengambil air bersih dari sungai, Karti
segera menyiapkan sarapan untuk bapak dan ibunya. Ditemani
oleh adiknya, Rumi mereka memasak di dapur. Sejak kecil,
orangtua mereka selalu mengajarkan kemandirian. Tak heran
kalau Karti dan Rumi sudah bisa melakukan apa-apa dengan
mandiri. Tidak pernah merengek apalagi mengeluh.
―Mbak, mau masak apa ya pagi ini?‖ tanya Rumi pada
kakaknya yang masih duduk tersungkur sambil memijat-mijat
kepalanya.
Tidak ada jawaban dari Karti. Rumi kembali memanggil
kakaknya lagi.
―Mbak, sampean mireng mboten? Mbak sakit?‖
―Iya, mireng toh, Dik. Masak tempe sama daun
singkong aja, Rum. Hari ini ibu nggak belanja, mbak kepalanya
sakit tadi ngga sempat ke warung.‖ jawab Karti dengan nada
lirih.
―Ya sudah mbak, kalau sampean sakit ya istirahat saja.
Biar Rumi yang masak. Daun singkongnya di mana, Mbak?‖
jawab Rumi santai.
―Memangnya kamu bisa masak sendiri, Rum? Ya metik
dulu sana di belakang rumah kan banyak toh, Rum.‖
192
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

