Page 205 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 205
―Owalah, Ibu ngagetin saja. Wonten nopo nggih
Bu?‖
―Nda apa-apa, Nduk. Kamu ini lagi ngapain, toh? Kok
sudah malam belum tidur?‖
―Mboten nopo-nopo, Bu. Lha panjenengan kok belum
tidur, Bu?‖
―Ibu belum ngantuk, Nduk. Bapakmu kenapa ya, Nduk?‖
Karti kaget dan tersentak mendengar ucapan ibunya.
Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Karti memandangi
raut wajah ibunya yang sedikit cemas. Kedua pipi ibunya
sudah semakin terlihat menonjol tulang pipinya. Kulitnya
semakin mengeriput dan rambutnya sudah mulai beruban
menandakan usianya semakin menua. Ada perasaan nelangsa
di lubuk hati Karti manakala memandangi ibunya.
―Ibu juga tidak tahu, Nduk. Tadi ibu lihat bapak
sedang tidur di kamar. Kedua matanya memejam, tapi ibu
mendengar bapak merintih kesakitan. Tangannya juga
memegangi kepalanya terus.‖
―Lha kok begitu, Bu? Bapak kenapa, Bu?‖
―Ibu juga tidak tahu, Nduk. Ibu ngga berani, makanya
ibu ke sini.‖
―Barangkali bapak masuk angin, Bu? Apa mungkin bapak
kecapean karena seharian bekerja‖
―Mungkin begitu, Nduk.‖
―Bapak sudah makan belum, Bu?‖
196
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

