Page 207 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 207
Kepalanya terasa berat dan sedikit pusing. Suasana masih
sunyi sepi selepas azan subuh yang usai berkumandang.
Tibatiba Karti mendengar suara tangisan samar-samar.
Semakin lama semakin jelas. Suara tangisan itu seperti
berada di kamar orangtuanya. Karti mulai mengenali. Itu
suara tangisan ibu. Semakin lama terus mengeras. Tiba-tiba
tangis Karti turut memecah subuh.
AH
▪ Firda Suryaningtyas
Lembayung senja..
Melambat ke tepiannya
Melambai bersama romannya..
Ah Hilang…
Sosok itulah yang ia perjuangkan. Mandiri, pandai,
berprestasi, bertanggung jawab, penolong dan
membahagiakan orang lain. Entahlah, ia seolah tak ingin jauh
dari sosok yang menyelimuti hatinya. Mungkin karena sosok
itulah yang diajarkan oleh seorang perempuan yang sangat
dihargainya. Sejak kecil, Diva sangat hormat pada kedua
orangtuanya tak hayal semua yang ia lakukan hanya untuk
orangtuanya, terutama ibundanya. Perlahan Diva meyakini
bahwa apa yang dilakukan oleh orangtuanya tak lain adalah
198
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

