Page 212 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 212
menembus dadanya, Diva tetap menjadikan ibu dan ayahnya
kebanggaan yang tiada tara dan tidak dapat digantikan
dengan apapun. Pukulan itulah yang mencambuk Diva menuju
kemandirian yang membuka banyak tantangan bersama
sahabatnya Ani pula ia dapat berdiri tegar sampai saat ini.
Namun bukan itu sebabnya, Diva sudah terlalu lama
meninggalkan keluarga, ia sangat merindukan kehadiran
keluarganya, ibu ayah dan adik-adiknya yang telah
mengantarnya hingga ke pintu kesuksesan.
Ketika malam menghampiri tempat ia berisitirahat,
merenunglah hatinya di dalam sholatnya.
―Ya Allah, dosakah aku jauh pergi dari orangtuaku
tanpa membantunya di hari yang tua ini, dosakah aku jauh
pergi belajar tanpa membantu ayah membanting tulang buat
keseharian adik-adikku. Dosakah aku jauh mengenyam
pendidikan tanpa memperhatikan tumbuh kembang
adikadikku. Bagaimanakah dengan mereka ya Allah, apakah
adikkadikku sama mengalami hal yang meninggalkan luka
sekian tahun ini, yang pasti aku berjanji aku tak akan
membiarkan pukulan itu melayang lagi di siapapun adikku itu.
Ya Allah bukan ini yang ku inginkan sebenarnya. Rasa jauh itu
membuatku gelisah dan bersedih. Aku mohon lindungi segala
hal yang ada pada mereka dan sehatkanlah mereka dalam
keadaan apapun, aku berjanji untuk membahagiakan mereka.
Dekat ini aku harus pergi ke Korea untuk lomba sains
Internasional. Aku ingin pulang, Ya Allah, dan bercerita pada
mereka dan memohon segala ridho mereka, aku sangat
203
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

