Page 208 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 208
kasih sayangnya kepada Diva. Diva sangat menyayangi
keduanya bahkan untuk meninggalkan keluar rumah sejak
kecil Diva selalu izin dan mematuhinya. Ia merasa nyaman
saat semuanya atas kehendak orangtuanya. Namun ada suatu
hal yang membuat hatinya menangis, sudah lama gadis manis
itu tak mendapatkan belaian kelembutan dari tangan sang
ibundanya, kelembutan tangan yang penuh dengan harum bau
surga yang mengiringi perjalanan kehidupannya.
Sayang sekali, sosok itu hanyalah harapan yang ada. Ia
tak lagi menatap dengan sentuhan kasih sayang. Tak lagi
memberikan belaian sentuhan pada setiap kulitnya. Tak
mendengar kelembutan suara yang mengiringi penuturannya.
Ya, semua ia lakukan dengan rasa hambar. Rasa yang tak ia
yakini apa sebenarnya rasa itu.
―Aku harus hidup di atas rasa hambar itu, Ibu Ayah.‖
gumam Diva. Buliran jernih itu kian lembut membasahi wajah
anggunnya.
Diva, merasa sangat kesepian. Di saat hidupnya yang
harus ia gunakan untuk bermain namun permainan itu hanya
dapat ia bayangkan. Perjalanan hidupnya hanya untuk belajar,
buku, guru, sekolah dan kembali belajar. Matanya selalu
tertuju pada lembaran-lembaran bertinta.
Hari itu hari dimana Diva mendapatkan nilai-nilai
ulangan yang membuatnya sangat takut. Nilai yang dibawah
keinginan orangtuanya lah yang membuat kakinya sukar
bergerak untuk kembali ke rumahnya. Karena ia tahu
Matematika adalah nilai yang selalu membuatnya menitikkan
199
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

