Page 197 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 197
menuntaskan kalimat-kalimatnya tadi. Lalu berlalu
meninggalkanku dengan langkah mantap.
Aku terkesan mendengar ucapan Viktor yang begitu
bergelora. Dari mana dia mendapatkan kata-kata seperti itu
yang membuatku merinding? Sama sekali tak terpikirkan
dalam benakku kelak dia akan mengucapkan kata-kata seperti
itu. Tatapannya begitu tajam dan serius, seolah-olah ia
begitu yakin dengan apa yang ia ucapkan. Seolah-olah
ucapannya merupakan sebuah takdir yang pasti terjadi.
Bahkan cukup lama aku baru sadari kalau dia berbicara
dengan lancar tak seperti biasanya.
***
Daun-daun yang berguguran di tanah menjadi alas
berpijak untuk langkah-langkahku yang baru selesai berobat
di puskesmas. Embrio Atlantis? Viktor memang mahluk yang
istimewa. Aku tak paham dengan cara berpikirnya hingga
sampai membuat hipotesis seperti itu. Sejujurnya aku malu
dengan diriku yang masih terlalu mengedepankan ego sendiri.
Hanya gara-gara masalah kemarin siswa tidak ada yang hadir,
aku langsung kesal.
Ucapannya tadi membuatku tersadar. Di sinilah titik
balik untukku. Aku lupa, sebagai seorang kaum terpelajar aku
terlalu sibuk membicarakan soal kesuksesan dan tercapainya
impian yang diharapkan. Pengabdian seolah hanya tugas bagi
para veteran. Sudah menjadi sebuah keharusan bagiku.
Mendidik adalah tanggungjawab setiap orang terdidik.
Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di negeri ini
188
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

