Page 192 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 192
Aku tak langsung merespon ucapan kepala sekolah yang
telah selesai beberapa detik yang lalu. Hanya diam sambil
mencoba memahami kondisi yang terjadi.
―Baik, Pak. Karena tidak ada siswa yang
masuk…..Eee…..kalau begitu saya pamit pulang."
Tanpa perlu menunggu persetujuan, aku langsung balik
kanan dan meninggalkan kepala sekolah. Tak memperdulikan
reaksinya.
Aku tak tahu kenapa diriku sekesal ini. Perasaan
kecewa tiba-tiba saja dengan cepatnya menggelayuti batinku.
Hah! Aku tak habis pikir, kukira penduduk di sini memiliki
semangat belajar yang sama tingginya ketika mereka
menyambut kedatanganku dulu. Ternyata nihil!
Sebelum benar-benar keluar dari gerbang sekolah,
kulihat Viktor baru saja sampai dengan napas terengahengah.
Sebagian bajunya nampak basah karena ia tak memakai
payung.
―Ma…maaf Ibu Belqis sa terlambat he. Sa tak ada
payung jadi sa tunggu hujan agak reda baru ke sekolah.
Ke…ke mana Ibu Belqis mau pergi?‖
―Teman-temanmu tidak ada yang masuk, Vik. Kalau kau
mau, ayo kita belajar di rumah Ibu saja.‖ jawabku dengan
muka yang masih masam.
Viktor langsung menurut. Mungkin dia tahu perasaanku
sedang tidak baik. Atau mungkin dia malah lebih suka belajar
privat denganku dari pada bersama teman-temannya di kelas.
Dalam perjalanan mendadak hujan kembali turun deras.
183
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

