Page 75 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 75
terbelesit dalam angannya untuk menjadi seorang pengajar
sebelumnya. Tetapi pemikiran itu salah, di sana ia mendapat
banyak sekali pengalaman hidup. Sekecil apapun yang ia dan
teman-teman KKN-nya lakukan sangat berarti bagi mereka.
Disanalah Pratika melihat arti perjuangan yang sesungguhnya.
Anak-anak tanah Papua ini memiliki semangat lebih tinggi dari
anak-anak lain di luar sana. Untuk mencapai sekolah saja
mereka harus berjalan menempuh waktu berjam-jam
lamanya, melewati perbukitan, naik turun gunung,
menyeberangi sungai tanpa adanya penerangan apapun.
Dengan kemandiriannya, Pratika tidak kesulitan menjalani
kehidupan bersama warga di Kabupaten Puncak, Papua.
Bersama teman-temannya, mereka membantu dan menjadi
tenaga pendidik sementara di satu-satunya sekolah yang ada
di sana. Mereka bahkan terharu ketika pertama kali mereka
berada di sekolah itu, anak-anak Papua memanggil mereka
dengan sebutan bapak guru dan ibu guru.
Melihat Senyuman dan semangat dari anak-anak
Indonesia Timur ini membuat Pratika bersyukur karena
kesempatan yang telah diberikan kepadanya. Jika liburan
kenaikan kelas, umumnya libur sekolah bisa sampai satu bulan.
Namun, di Papua, anak-anak bisa merasakan libur hingga tiga
bulan karena tidak adanya tenaga pengajar.
Suatu hari saat Pratika dan beberapa temannya
berangkat ke sekolah untuk mengajar terjadi peperangan
antar suku. Perang antar suku ini telah berlangsung di sana
selama lima tahun dan menjadi hal biasa bagi warga. Pratika
66
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

