Page 76 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 76
dan teman-temannya yang menyaksikan itu merasa ngeri,
begitulah perjuangan demi membela dan mempertahankan
sukunya.
Pratika tertegun dan dalam hati ia berkata,
―Bukankah Indonesia telah merdeka, tapi ku rasa tidak
untuk mereka.‖
Mengenal dan menjalani hidup beberapa bulan di Papua telah
mengajarkan banyak arti kehidupan dan perjuangan untuk
Pratika. Sepulangnya dari tanah Papua menjadikan Pratika
pribadi yang lebih bersyukur terhadap semua hal yang ia
miliki saat ini. Dia percaya bahwa perjuangannya pun belum
selesai hanya di Papua saja. Beberapa bulan setelah itu
Pratika menyusun skripsinya, dengan keteladanan dan
ketekunan ia lulus dengan nilai terbaik.
―Kakak, selamat ya. Aku akan seperti Kak Tika kalau
udah lulus sarjana.‖ celoteh Ririn sambil memeluk kakaknya.
―Terima kasih, Rin. Pikirkan dulu ujianmu, baru nanti
menyusul kakak,‖ sahut Pratika.
―Selamat ya, Nak. Bunda bangga sama kamu. Ayahmu
juga pasti bangga.‖ Peluk Bunda dengan hangat.
Pratika dibanjiri ucapan selamat dari teman maupun
kerabatnya. Pratika bahkan tidak menyangka bahwa ia
menjadi lulusan terbaik saat itu. Setelah kelulusannya,
Pratika yang merupakan sarjana Arkeologi itu justru ingin
menjadi sukarelawan dari yayasan pendidikan yang didirikan
oleh pamannya. Ia menjadi perwakilan dari Indonesia untuk
mengembangkan yayasan keluarga. Ia memulainya dari daerah
67
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

