Page 45 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 45

Pribadi dan Martabat Buya Hamka
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                     “Angku Haji” adalah panggilan Ummi untuk suaminya
                 sejak mereka berumah tangga. Saya tak pernah mendengar
                 Ummi memanggil Abang, atau Kakanda, atau Uwo, menurut
                 kebiasaan di kampung kami, tetapi selalu Angku Haji. Hanya
                 setelah mereka punya cucu, mereka saling memanggil Ayah
                 atau Ummi, seperti anak-anak memanggil mereka, atau
                 Andung dan Nambo seperti cucu-cucu memanggil mereka.

                     Sehari-hari kedua orang itu berbicara dengan bahasa
                 Minang dialek Sungai Batang. Dan meskipun selama 40
                 tahun merantau, di Makassar 3 tahun, Medan 11 tahun,
                 Jakarta 22 tahun, selebihnya Padang Panjang, bagi Ummi
                 yang meninggal tahun 1972, bahasa Sungai Batangnya tetap
                 medok. Betapapun berbicara dengan bahasa Indonesia, tapi
                 aksen Sungai Batang tak pernah hilang, sehingga menjadi
                 bahan tertawaan anak-anak.
                     Ayah bercerita, bahwa pertemuan nasib mereka dimulai
                 tatkala  Ayah pulang dari Makkah tahun 1927. Konon
                 kakek kami, Dr. Abdul Karim Amrullah, tengah mengalami
                 kekecewaan karena rumahnya di Padang Panjang musnah
                 terkena gempa bumi pada 1926. Siswa-siswa Perguruan
                 Sumatera  Thawalib yang dipimpinnya telah dipengaruhi
                 oleh paham Komunis, dan mereka mulai berani mengadakan
                 perlawanan terhadapnya. Gerak-geriknya diawasi oleh spion-
                 spion Belanda yang siap menangkapnya.

                     Dalam keadaaan murung itu, putranya  Abdul Malik
                 alias Buya Hamka, alias Ayah kami, yang banyak ulah, telah
                 menghilang dari rumah dan tahu-tahu didapat kabar dia pergi ke
                 Makkah. Begitu Ayah pulang dari tanah suci, tak pula langsung
                 ke kampung, tapi konon  Ayah luntang-lantung mengajar
                 mengaji kuli-kuli kontrak di Perkebunan Sumatra Timur.

                 28





                                                                         1/13/2017   6:18:35 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   28
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   28       1/13/2017   6:18:35 PM
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50