Page 41 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 41
Pribadi dan Martabat Buya Hamka
http://pustaka-indo.blogspot.com
itu. Ayah melarang kami menyakitinya, bahkan meminta
kami memberinya makan apabila dia lapar.
“Agiahlah makan, nyo litak tu,” (berilah makan, dia lapar
tuh).
Dengan nikmat, orang itu merasakan lezatnya makan
pagi berlauk rendang dan minum segelas kopi. Kemudian,
kami memintanya pergi. Tapi sebelum pergi, sekali lagi dia
meminta maaf kepada Ayah.
Tanpa disangka, esok harinya dia datang lagi, mohon diberi
pekerjaan apa saja. Dia menyesal karena sudah melakukan
kesalahan di rumah Pak Kaji yang baik budi. Karena kami
tak bisa memberikan pekerjaan, Ayah memberinya uang dan
memintanya pergi.
Masih ada kisah lain perihal tongkat Ayah. Saya men-
dengarnya dari Ibu Siti Khadijah. Peristiwanya terjadi tahun
1974 di Makkah, di sekitar perkampungan Samiah, tak jauh
dari Masjidil Haram. Adalah seorang wanita jemaah haji
Indonesia yang tinggal di rumah seorang syaikh. Dia berlari
ke arah Ayah yang tinggal tak jauh dari rumah syaikh itu,
sambil mengadu.
“Buya, Buya, tolong,” seru wanita itu tampak ke takutan.
“Ada apa?” tanya Ayah. Waktu itu Ayah dan Ibu sedang
membaca Al-Quran di rumah syaikhnya. “Saya diganggu oleh
beberapa orang laki-laki berkulit hitam,” wanita itu berkata
dengan wajah pucat.
Ayah meletakkan Al-Quran yang sedang dibacanya,
kemudian mengambil tongkatnya. Sejenak terjadi per teng-
karan mulut. Laki-laki Arab yang hitam dan bertubuh besar
itu tak mau diam, begitu pun Ayah yang sudah tua dan tinggi
24
1/13/2017 6:18:35 PM
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 24 1/13/2017 6:18:35 PM
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 24