Page 40 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 40
Tongkat-Tongkat Buya
http://pustaka-indo.blogspot.com
Shubuh, Ayah keluar lebih dahulu ke Masjid Al-Azhar,
sedangkan ketiga anaknya, Hilmi, Afif, dan Syakib menyusul
belakangan. Begitu anak-anak keluar, terdengar bunyi
gedebak-gedebuk di bawah pohon nangka. Ketika ditengok
ke atas, terlihat ada yang memanjat pohon. Sementara di
bawah pohon, terdapat beberapa buah nangka berserakan
“Nah, ini dia malingnya!” pikir mereka. Memang sudah
beberapa kali nangka itu dicuri. Selama ini bila kami ingin
makan gulai sayur nangka, tak pernah membeli di pasar.
Cukup memetik di pohon depan rumah kami itu. Bila nangka-
nangka itu dicuri, tentunya kami akan merugi.
Segera kami meminta pencuri itu turun untuk ditangkap.
Meskipun dia mencoba menggertak dengan pisau, beberapa
kali tendangan dari ketiga anak Ayah yang sudah menguasai
be be rapa jurus bela diri, mampu melemahkannya. Dua orang
lalu pergi ke masjid untuk menunaikan shalat Shubuh, se dang
seorang lagi menjaga agar si pencuri tidak melarikan diri.
Ketika Ayah pulang dari masjid, dia hendak menginterogasi
pencuri tersebut. Sayangnya si pencuri berniat melawan
dengan senjatanya yang lupa dilucuti sewaktu ditangkap
tadi. Melihat itu, Ayah bukannya takut, malah dengan secepat
kilat mencabut isi tongkatnya yang berbentuk sebilah pisau
panjang. “Berani lawan saya?!” ujarnya garang.
Dan, dengan cepat pula salah seorang anak Ayah me-
megang tangan pencuri itu.
Tapi anehnya, si pencuri malah menyerahkan pisaunya,
lalu minta maaf. “Maaf Pak Kaji (Pak Haji), ampun Pak
Kaji,” katanya dengan logat Tegal. Semua yang ada di sana
ikut tertawa. Dan, Ayah pun menyuruh kami menanyai orang
23
1/13/2017 6:18:35 PM
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 23
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 23 1/13/2017 6:18:35 PM