Page 38 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 38
Tongkat-Tongkat Buya
http://pustaka-indo.blogspot.com
anak-anak muda dan tamu-tamu yang datang. Kemudian,
ibu pernah cerita, pada suatu hari, bersama kawannya yang
berkulit hitam dan berambut gondrong, Tobing memberanikan
diri mengetuk rumah Buya. Keadaan rumah agak sepi karena
waktu itu jam kerja, saat anak laki-laki tak ada di rumah.
Dengan logatnya Bataknya yang khas, Tobing membentak,
menuntut agar Farida dan anaknya diserahkan. “Bapak
tidak berhak menahannya di sini,” kata Tobing. Sementara
kawannya duduk di kursi tanpa dipersilakan lebih dahulu.
Sejenak terjadi pertengkaran di ruang tamu, sedang
Farida yang berada di kamar lain, memeluk anaknya dengan
ketakutan.
Dengan tenang, Ayah mengundurkan diri. Dia berjalan
mengambil salah satu tongkat yang berujung runcing dan
dilapisi besi. Setelah komat-kamit di bibirnya membaca
sesuatu, Ayah kemudian mengentakkan ujung tongkat itu ke
lantai. Dengan suara keras, dia membentak pemuda yang tak
sopan itu. “Keluar kalian!” katanya, sedang ujung tongkat itu
di arahkannya ke mata Tobing. Dan, mata Ayah terus menentang
lawannya. Baik Tobing maupun kawannya terpana sejenak.
Tanpa bersuara lagi, mereka tergopoh-gopoh ke pintu keluar.
Entah firasat apa, saya datang menemui Ayah saat Tobing
dan kawannya keluar dengan ketakutan, lalu saya tanyakan
apa yang terjadi.
“Nyaris … nyaris, Ayah menusuk mata si kafi r itu
dengan ini, kalau kena buta dia!” kata Ayah. Dan Ayah pun
menceritakan seluruh kejadian itu dengan suasana yang lucu.
Kemarahannya sudah raib.
Saya geleng-geleng kepala mendengarnya, karena
menganggap ini bukan cerita yang lucu. Apa yang akan terjadi
21
1/13/2017 6:18:35 PM
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 21
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 21 1/13/2017 6:18:35 PM