Page 33 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 33
Pribadi dan Martabat Buya Hamka
http://pustaka-indo.blogspot.com
Ayah melawat ke Amerika tahun 1952, tak satu pun tongkat
dibawanya.
Suatu hari di tahun 1960, sepulangnya mengimami shalat
Maghrib di Masjid Agung Al-Azhar, Ayah menuruni anak
tangga dari lantai dua masjid. Jumlah total anak tangga itu
ada 46 buah. Malang baginya ... kaki Ayah tergelincir dan dia
terjatuh. Seketika beberapa orang jemaah menggotongnya
pulang dalam keadaan kesakitan. Ayah merintih-rintih menahan
sakit di kakinya. Pilu sekali melihatnya. Tapi, beberapa orang
tukang urut yang dipanggil tak berhasil menyembuhkannya.
Bahkan, di sekitar tumitnya membengkak. Maka, kami bawa
Ayah ke rumah sakit dan dokter mengatakan ada tulang yang
patah sekitar ruas tumitnya.
Kaki Ayah digips untuk beberapa lama. Dokter men jelas-
kan karena usia Ayah yang tak muda lagi, tulang-tulangnya
menjadi mudah patah bila terjadi kecelakaan semacam itu.
Sejak itulah jalannya tak begitu leluasa lagi, tertatih-tatih.
Mulai saat itu pula, tongkat kembali setia menemaninya dan se-
tiap berpidato di hadapan umum, Ayah minta disediakan kursi.
Almarhum Isa Anshary ketika melihat kaki Ayah masih
digips berkata, “Biasanya kaki yang sudah patah itu semakin
kuat, karena itu saya harap Kakanda melangkah terus,”
ujarnya dengan dialek Maninjau. Ayah menjawab seraya
berkelakar, “Awaklah jangkang kuat juo janyo,” (kita sudah
hampir mati, kuat juga katanya) yang menimbulkan gelak
tawa di antara mereka.
Sementara Almarhum Presiden Soekarno pernah meminta
Ayah tak memakai tongkat, “Kelihatan lebih tua,” katanya.
Meskipun caranya melangkah tak seleluasa dahulu,
aktivitas berdakwah Ayah semakin bertambah. Panggilan
16
1/13/2017 6:18:34 PM
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 16
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 16 1/13/2017 6:18:34 PM