Page 50 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 50
Ibu, Obat Hati Ayah dan Anak
http://pustaka-indo.blogspot.com
dijual, tapi Ummi mencegahnya, “Kain Angku Haji jangan
dijual, biar kain saya saja, karena Angku Haji sering keluar
rumah. Di luar jangan sampai Angku Haji kelihatan sebagai
fakir yang miskin,” kata Ummi.
Demikianlah dalam keadaan sederhana itu, Ummi masih
mempertimbangkan kehormatan suaminya. Setiap Ayah
hendak keluar rumah, Ummi memperhatikan pakaian yang
akan dipakai. “Jangan dipakai juga kemeja itu, kopiah di-
bersih kan dahulu,” tegur Ummi berkali-kali terhadap Ayah
yang kurang peduli dengan hal-hal semacam itu.
Puncak penderitaan keluarga kami, ialah tatkala tentara
Kerajaan Belanda menduduki Padang Panjang dalam Agresi
Kedua tanggal 19 September 1948. Ayah mengungsikan kami
ke kampung Sungai Batang. Sementara dia sendiri berkeliling
di daerah pedalaman menjadi juru penerangan rakyat, dalam
kedudukannya sebagai Ketua Front Pertahanan Rakyat
Sumatra Barat. Berbulan-bulan Ayah tidak pulang, Ummi dan
anak-anak yang menanti tak tahu di rimba mana dia berada.
Tinggal di kampung yang diblokade Belanda, benar-
benar merupakan pengalaman yang berat bagi Ummi, yang
belum pandai bertani seperti orang kampung lainnya. Para
tetangga dan keluarga tak bisa membantu. Bahkan kami
melihat beberapa keluarga terdekat mati kelaparan. Barang-
barang yang akan dijual tak pula ada. Siapa pula yang mau
membeli?
Demikianlah seperti orang-orang lain, kami makan ubi
atau kalau ada, beras dimasak menjadi bubur. Waktu itulah
Aliyah, saudara keenam kami, nyaris menemui ajalnya.
Ketika itu, dia makan ubi setelah beberapa saat makan nasi
yang telah lama tak mengisi perutnya. Lalu ... perutnya sakit.
33
pustaka-indo.blogspot.com
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 33
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 33 1/13/2017 6:18:35 PM
1/13/2017 6:18:35 PM