Page 57 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 57
Pribadi dan Martabat Buya Hamka
http://pustaka-indo.blogspot.com
mobil tua yang kerap mogok, kami berangkat bersama Ummi
ke Sukabumi. Selama satu jam kami menunggu di Aula
Sekolah Polisi Sukabumi, dengan perasaan tak menentu.
Barulah kemudian Ayah datang dikawal polisi berwajah
garang dan tegang. Ayah tampak agak kurus dan kulitnya
seakan bertambah hitam. Saya lihat Ummi yang semakin
kurus setelah beberapa hari ke belakang sakit dan bersedih
hati, saat itu tersenyum menyambut Ayah.
“Bagaimana, sehat?” tanya Ummi.
“Alhamdulillah,” jawab Ayah yang juga mencoba ter-
senyum.
Ummi kemudian menceritakan kelucuan cucu-cucu yang
masih berumur satu tahun untuk menceriakan suasana.
“Anak si Rusydi banyak makan, tapi anak si Fakhri
pendiam.”
“Bagaimana kawan-kawan di Masjid Agung Al-Azhar?”
tanya Ayah. “Ramai, Tarawih pun mulai ramai dibanding
tahun lalu,” jawab kami.
Begitulah satu jam lamanya kami berbincang-bincang
dengan Ayah, di bawah pengawasan polisi yang bertampang
bengis. Mereka melarang kami menggunakan bahasa daerah
agar percakapan kami dapat dimengerti.
“Kenapa Ayah tampak hitam?” tanya seorang di antara
kami.
“Oh, Bapak sekarang berjemur setiap pagi,” jawab
seorang polisi memotong. Kami semua diam, apalagi tatkala
polisi itu melirik ke arah temannya, yang disambut dengan
tatapan sinis.
40 pustaka-indo.blogspot.com
1/13/2017 6:18:36 PM
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 40
Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd 40 1/13/2017 6:18:36 PM