Page 110 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 110
102 | Islamic Theology
pertanyaannya dikaitkan dengan makhluk, seperti kata “ءامٗلا” [yang
berarti awan] dalam redaksi hadits yang kita bicarakan ini.
Seandainya saja para sahabat bertanya ada apa sebelum ada awan?
maka tentu Rasulullah akan memberitakan bahwa sebelum segala
sesuatu ada yang ada hanya Allah [Dia ada tanpa permulaan]; tidak
ada sesuatu apapun bersama-Nya, sebagaimana hal ini telah
diriwayatkan dalam hadits sahih bahwa Rasulullah bersabda:
َ
ُ َ
ءى م ٗ ه َ َ َ ُ ش لا و الله نا ٧ َ َ
[Maknanya: “Allah ada tanpa permulaan dan tidak ada
sesuatu apapun bersama-Nya”].
Kita semua sepakat bahwa Allah tidak ada yang menyerupai-
Nya, keagungan-Nya tidak ada yang menandingi dan menyamai-
Nya. Allah tidak menyatu dengan suatu apapun dari makhluk-Nya,
namun demikian tidak ada suatu apapun dari makhluk-Nya yang
lepas dari pengetahuan-Nya [Artinya bahwa Allah maha mengetahui
segala apapun yang terjadi pada makhluk-Nya dengan setiap
rinciannya]. Karena bila Allah menyatu dengan sesuatu dari
makhluk-Nya maka berarti Allah adalah bagian dari makhluk itu
sendiri, dan seandainya ilmu Allah lepas dari para makhluk-Nya
maka berarti Allah tidak mengetahui apa-apa yang terjadi pada
makhluk-Nya tersebut.
Hadits Ke Sembilan Belas
Al-Imâm al-Bukhari dan al-Imâm Muslim dalam kitab Sahih
masing-masing meriwayatkan dari hadits sahabat Abu Hurairah
bahwa Rasulullah bersabda:
َ
ُ
َ َ
ّ َ
لُ ّ للا ثل ز ى َ ُ ُ ح ن ً ب ٣ ْ َ َ ْ خ ا ُه ضلا ءا م ؾ ى لئ ت َ َ ل ل لُ ّ ٧ اى ِ ْ ً ج ز ٫ ع ب َ ُ َ ّ )لُ٢(
ِ
َ
َ ُ
ْ َ
َ ْ َ ْ ُ ْ
ه ل ب ْ ِ خ ج ُ ؾأٞ ي ِ ً ً ض ٖ ى و م :٫ى ٣ ً رح زبمأ
ِ

