Page 161 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 161

Islamic Theology  | 153

                 [Hadits ini tidak benar, makna literalnya menyesatkan,
                 mengatakan: “Sesungguhnya Allah di hari kiamat duduk
                 di atas jembatan antara surga dan neraka”].


                  Hadits  ini  diriwayatkan  oleh  Utsman  bin  Atikah.  Al-Imâm
           Yahya bin Ma„in berkata: “Dia (Yahya bin Atikah) sedikitpun bukan
           seorang  yang  mengerti  hadits  [laysa  bi  sya„i ]”.  [Dengan  demikian
           hadits ini sama sekali tidak dapat dijadikan sandaran]


           Hadits Ke Lima Puluh Tujuh

                  Al-Qâdlî Abu  Ya„la  al-Mujassim meriwayatkan  dari


           Muhammad bin Ka„ab berkata:
                                                   َ
                                                            َ َ
                                   َ
                               ْ
                                     َ ُ
                                                        ّ
                                            ُ َ
                      َ ّ
                                                      ُ
                 ْ
                 مل َ    ًمخغلا  يف  ًم  ناءغ٣لا  اىٗمؾ  اطئ  ؽاىلا  نا٧  )لُ٢(
                                 ِ
                             ِ
                                              ِ
                                                           ّ َ
                                                              ُ ُ َ ْ َ
                                                              ِ٢ هىٗمؿٌ
                 [Makna  literal  riwayat  ini  menyesatkan,  mengatakan:
                 “Seandainya  semua  manusia  itu  mendengar  al-Qur„an
                 langsung  dari  mulut  Allah  maka  mereka  tidak  akan
                 mendengar suatu apapun].

                  Abu  Ya„la  al-Mujassim berkata:  “Bukan  sesuatu  yang
           terlarang untuk mengatakan bahwa Allah memiliki mulut”.
                  Aku (Ibnul Jawzi) katakan: “Sungguh mengherankan, benar-
           benar  sangat  aneh,  dengan  hanya  riwayat  semacam  ini  lalu  ia
           menyimpulkan bahwa Allah memiliki mulut. Dengan hanya riwayat
           dari seorang Tabi„în
                              semacam ini, yang padahal itupun riwayat yang
           tidak benar; lalu ia menetapkan sifat mulut bagi Allah? Jelas ini adalah
           seburuk-buruknya akidah”.
                  Adapun hadits terdahulu yang diriwayatkan dari sahabat Abu
           Umamah dengan redaksi: “ينم جغز ام لثمب يلئ صابٗلا بغ٣ج ام”; yang
           dimaksud “ينم جغز” adalah dalam pengertian bahwa al-Qur„an itu
   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166