Page 156 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 156
148 | Islamic Theology
Allah berfirman: “Dan senantiasa seorang hamba-Ku
mendekatkan diri kepada-Ku dengan perkara-perkara
sunnah sehingga Aku mencintainya, maka bila Aku telah
mencintainya adalah Aku sebagai pendengarannya yang
ia mendengar dengannya, Aku sebagai penglihatannya
yang ia melihat dengannya, Aku sebagai tangannya yang
ia menyentuh dengannya, Aku sebagai kakinya yang ia
berjalan dengannya, dan tidaklah Aku ragu-ragu
terhadap perbuatan yang Aku sendiri melakukannya
seperti keraguan-Ku tentang seorang mukmin yang
membenci mati sementara Aku membenci marabahaya
yang akan menimpanya”. Makna literal hadits Qudsi ini
seakan menetapkan bahwa Allah menyatu dengan
tubuh seorang hamba-Nya yang saleh].
Makna sabda Rasulullah “هغهبو هٗمؾ ذى٦” dapat memiliki empat
kandungan makna berikut:
Pertama: Untuk mengungkapkan bahwa orang tersebut
sangat mencintai perbuatan taat kepada Allah sebagaimana dia
mencintai anggota-anggota badannya tersebut.
Dua: Untuk mengungkapkan bahwa seluruh jiwa dan raga
orang tersebut sangat sibuk dalam ibadah kepada Allah sehingga
orang itu tidak memiliki kesempatan untuk mendengar sesuatu yang
tidak diridlai oleh Allah dan atau memandang sesuatu yang tidak
diridlai oleh-Nya.
Tiga: Untuk mengungkapkan bahwa Allah mengabulkan
segala apa yang menjadi keinginan orang tersebut yang semua itu
dapat ia raihnya lewat pendengarannya, penglihatannya dan
tangannya.
Adapun penggunaan kata “صصغ ج” [yang secara literal
bermakna ragu-ragu] adalah untuk pendekatan pemahaman bagi