Page 153 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 153

Islamic Theology  | 145

           bin  al-‘Ala)  benar-benar  pendusta  (kadz-dzab),  telah  banyak
           memalsukan hadits”.

                  Adapun makna “  ١ىٞ” telah kita kupas dalam bahasan firman

           Allah:  “هصابٖ  ١ىٞ غ ها٣لا  ىهو”.  Sementara  al-Qâdlî Abu  Ya„la  al-

           Mujassim berkata:  “Yang  dimaksud  dengan  kata  “  ١ىٞ”  pada  hak
           Allah adalah bahwa Dia bertempat di atas arsy”. Perkataan Abu Ya„la
           ini jelas berpangkal pada akidah tajsim  [keyakinan sesat mengatakan
           bahwa Allah sebagai benda].


           Hadits Ke Empat Puluh Sembilan



                  Al-Imâm al-Bukhari  dan  al-Imâm Muslim  meriwayatkan
           dalam kitab sahih masing-masing dari hadits sahabat Abu Hurairah
           bahwa Rasulullah bersabda:
                    ّ
                                       َ
                                              َ
                                                     َ
                                 َ َ
                                                ْ
                                       ّ
                                            ْ
                              ُ
                                                     ْ
                                                         ْ َ َ ّ َ
                                                                 َ ْ َ
                 َ ّ
                 بُُلا لائ   الله لب٣ً لاو بَُ بؿ٦ ًم  ٍ ةغمج ٫ضٗب ١ضهج ًم
                                                 ِ
                                     ٍ
                                                       ِ
                               َ
                                               ُ
                                                            َ َ َ َ
                    ُ ُ
                                                                  ّ
                                     َ
                                                     َ ْ
                 م   ٦   ضخأ   ِ    ً    بغ ي  َ ُ      ٦   م ا    هب   خا   هل   ِ  ّ ُ َ      ز   م     ً   بغ   هي ا    هى ْ    ُم   ُب   ّ َ  ُ َ    خ   ٣   ب   هل ا    ً الله ناٞ ُ ُ
                                                 ِ
                                   ِ ِ
                      َ
                                  ْ َ
                                                    َ
                             ُ
                         ٌ
                    ُ
                                                               َ ّ
                 ي   ف ى   بر   تٞ :   ملؿ   م ه   حغ   زأ ٟٔل ي   فو ،لب  َ      لا   ج    لثم   ّ   نى    ىت     ٩ً    خ ه ّ  َّ    ٞ   ل   ى
                  ِ
                                           ِ
                                       ْ
                                             َ
                                                    ُ َ
                                         َ
                                     لب  َ      لا   ج    ًم م   ٓ ْ      ٖأ    نى   ٩ج ى   تخ ًم   خ ّ ْ      غلا    ٠٦
                 [Hadits ini tidak boleh dipahami secara literal. Makna
                 literalnya  mengatakan:  “Barangsiapa  bersedekah
                 sebesar  biji  kurma  dari  hasil  usaha  yang  baik,  -dan
                 sungguh  Allah  tidak  akan  menerima  kecuali  sesuatu
                 yang baik-, maka Allah akan menerima sedekah tersebut
                 dengan    tangan     kanan-Nya,    kemudian     Dia
                 menumbuhkannya  bagi  pemiliknya  sebagaimana
                 seorang  dari  kalian  mendidik  kudanya  hingga
                 kebaikannya  tersebut  seperti  gunung.  Dalam  redaksi

                 yang  dikeluarkan  oleh  al-Imâm Muslim  yaitu:  “Maka
                 berkembang kebaikan orang tersebut di telapak tangan
                 Allah hingga menjadi lebih besar dari gunung”. Makna
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158