Page 152 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 152

144 | Islamic Theology

                  Adapun  pemahaman  hadits  tersebut  [jika  tetap  hendak

           diterima] adalah bahwa besarnya al-Kursiy dibanding dengan arsy
           adalah bentuk yang sangat kecil sekali [sementara arsy sangat besar].
           Perumpamaan besarnya kursi hanyalah seukuran dua telapak kaki
           seorang yang duduk di atas ranjang [artinya, ukuran tempat pijakan
           dua kaki itu sangat kecil jika dibanding ranjang yang didudukinya].

                  Ad-Dlahhak  berkata:  “Kursi  [dalam  makna  bahasa]  adalah
           tempat yang dijadikan pijakan dua kaki oleh para raja yang berada di
           bawah tempat duduk (singgasana) mereka”.



                  Sementara al-Qâdlî Abu Ya„la al-Mujassim berkata: “Qadam
                                                             dari Dzat Allah,
           yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah Qadam
           dan Qadam   inilah yang diletakan oleh Allah di dalam neraka”. [Abu

           Ya„la  memahami  makna  Qadam di  sini  dalam  makna  kaki;  lalu  ia
           katakan bahwa kaki tersebut bagian dari Dzat Allah. Na„ûdzu billâh].


           Hadits ke Empat Puluh Delapan
                  Diriwayatkan  dari  Abdullah  ibn  Abbas  bahwa  Rasulullah
           bersabda:
                                                            َ َ
                                ُ ْ
                                                       َ ّ
                                          ْ َ َ ّ
                                     َ ْ
                   ْ
                           َ ْ
                                                             ْ
                      َ
                 نحب ام٦ هلٟؾأو هلاٖأ نحب ،غدب تٗباؿلا  ِ ءامؿلا ١ىٞ )لُ٢(
                                          َ َ َ
                                                   ُ
                                      َ
                                                                 َ ّ
                                                           ْ
                                          ٪لط ١ىٞ ىلاٗح اللهو ،ىعبمأو ءامؿلا
                 [Ini  hadits  bohong,  makna  literalnya  mengatakan:  “Di
                 atas  langit  ke  tujuh  terdapat  lautan,  jarak  antara
                 permukaan dan dasar laut tersebut seperti jarak antara
                 langit dan bumi, dan Allah di atas itu semua”. Makna
                 literal  riwayat  bohong  ini  seakan  menetapkan  bahwa
                 Allah berada di arah atas].
                  Hadits ini tidak benar. Diriwayatkan secara menyendiri oleh
           Yahya bin al-‘Ala. Al-Imâm  Ahmad ibn Hanbal berkata: “Dia (Yahya
   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157