Page 27 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 27
Membela Kedua Orang Tua Rasulullah | 25
peringatan, dan telah pula datang kepada kalian seorang yang telah
mengingatkan?” (QS. Fatir: 37).
Tentang ayat ini para ahli tafsir berkata: “Allah menetapkan dalil atas
mereka (bahwa mereka tidak memiliki alasan) dengan telah
diutusnya Rasulullah. An-Nadzir dalam ayat ini yang dimaksud adalah
25
nabi Muhammad” .
Beberapa Pernyataan Ulama Dalam Menyikapi Dua Metode
Ketetapan Di Atas
Ilkiya al-Harrasi dalam ta’liq-nya dalam Ilmu Ushul, dalam
masalah bersyukur terhadap yang memberi nikmat (syukr al-mun’im;
yaitu bersyukur kepada Allah), berkata:
“Ketahuilah, bahwa ketetapan pendapat yang telah
disepakati oleh Ahlussunnah seluruhnya adalah bahwa sesungguhnya
tidak ada jalan apapun untuk mengetahui rincian hukum-hukum
kecuali syara’ itu sendiri yang menetapkannya, dan hikmah-hikmah
(kebaikan-kebaikan) itu tidak dapat diraih dengan hanya tuntutan-
tuntutan akal. Adapun pendapat selain Ahlul Haq (Ahlussunnah),
seperti golongan Rafidlah, Karramiyyah, Mu’tazilah, dan lainnya;
mereka semua berpendapat bahwa hukum-hukum itu terbagi; ada
yang hanya diraih dengan ketetapan syara’, dan ada pula yang hanya
diraih dengan ketetapan-ketetapan akal. Adapun kita, kaum
Ahlussunnah, kita katakan bahwa sesungguhnya tidak ada suatu
kewajiban apapun sebelum diutusnya seorang rasul. Tetapi bila telah
datang seorang rasul, dan ia menetapkan kebenaran yang dibawanya
dengan mu’jizat; maka akal ini tentulah ia dapat memandang
(membedakan haq dan batil). Maka kita katakan: Kewajiban yang
pertama tidak diketahui kecuali dengan jalan sama’ (datangnya
syara’), dan apa bila telah datang seorang rasul maka wajiblah ia
memandang (an-nadzhar; mempergunakan potensi akal). Dari sini
bila ada orang-orang ekstrim bertanya: “Apakah kewajiban pertama
yang dia itu merupakan ketaatan, tetapi tidak dihitung sebagai
ibadah (qurbah)?”, jawab: Kewajiban pertama yang merupakan
25 Ibid, mengutip dari Tafsir al-Qurthubi, Tafsir ath-Thabari, dan Tafsir an-
Nahr al-Madd.