Page 125 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 125
Memahami Makna Bid‟ah | 123
“Aku bertanya kepada ayahku (Ahmad ibn Hanbal), tentang
seseorang yang menyentuh dan mengusap bagian mimbar yang
biasa dipegang oleh tangan Rasulullah untuk bermaksud
bertabarruk dengannya, demikian juga aku tanyakan tentang
orang yang mengusap kuburan Rasulullah -untuk tujuan itu-”.
Ayahku menjawab: “Tidak apa-apa (boleh)”.
Dalam Kitab al-„Ilal Wa Ma‟rifah ar-Rijal disebutkan: “Aku
(„Abdullah) bertanya kepada ayahku (Ahmad ibn Hanbal) tentang
orang yang menyentuh mimbar Rasulullah dan bertabarruk
dengan menyentuh dan menciumnya, dan melakukan hal itu
terhadap kuburan Rasulullah atau semacamnya, ia dengan itu
bermaksud untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Ia
165
(Ahmad ibn Hanbal) menjawab: “Tidak apa-apa (boleh)” .
Dengan demikian, apa yang hendak dikatakan oleh
kalangan anti tabarruk dari orang-orang Wahhabiyyah tentang
Imam Ahmad ibn Hanbal yang mereka banggakan sebagai
panutan mereka?! Apakah mereka akan mengatakan Ahmad ibn
Hanbal mengajarkan perbuatan syirik, karena beliau
membolehkan dan bahkan mencontohkan tabarruk?!
(Delapan Belas): Mengusap makam orang-orang saleh
bukan bukan bid‟ah sesat. Syekh Mar‟i al-Hanbali dalam Ghayah
al-Muntaha menuliskan:
ِ
ِ
َ وتكرػبَىجرػتَنمَاميسَىاَديبَبرػقَ ِ سمَ لبَسْ أبَىاو
َ ػىاَ. ُُ َ ََ َ ْ ْ َ َ َ ٍ ِ ٍ ْ َ َ َ
َ
َ َْ
ُ
“Dan tidak mengapa menyentuh kuburan dengan tangan, apalagi
166
kuburan orang yang diharapkan berkahnya” .
165 al-„Ilal Wa Ma‟rifah ar-Rijal, j. 2, h. 492
166 Ghayah al-Muntaha, j. 1, h. 259-260