Page 122 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 122
120 | Memahami Makna Bid‟ah
(para ualama) sangat menganjurkan untuk diberi makan (artinya pahala
162
sedekah makanan) bagi si-mayit dalam masa tujuh hari tersebut” .
Atsar riwayat Al-Imam Thawus ini dinyatakan sahih oleh
al-Hafizh as-Suyuthi dengan beberapa alasan. Di antaranya;
1. Sanad atsar riwayat Al-Imam Ahmad dari Thawus di atas
dan para perawinya adalah sahih.
2. Kaedah yang ditetapkan dalam ilmu hadits apa bila suatu
yang diriwayatkannya berisi perkara-perkara yang tidak
didasarkan kepada pendapat akal (la majala li ar-ra‟yi fih)
maka riwayat tersebut dihukumi marfu‟ (berasal dari
Rasulullah); seperti perkara alam Barzakh, peristiwa-
peristiwa Akhirat, dan lainnya.
3. Atsar dari al-Imam Thawus di atas dapat dikategorikan
sebagai perkara yang tidak didasarkan kepada pendapat
akal (la majala li ar-ra‟yi fih) maka riwayat tersebut
dihukumi marfu‟.
4. Redakasi atsar al-Imam Thawus di atas mengatakan: “kanu
yastahibbun....” (artinya; mereka sangat menganjurkan),
yang dimaksud dengan “mereka” adalah bisa jadi sebagai
kebiasaan para ulama di kalangan Tabi‟in (yaitu mereka
yang di masa al-Imam Thawus sendiri), lalu bila kemudian
atsar ini dihukumi marfu‟ maka berarti yang dimaksud
“mereka” adalah para Sahabat Rasulullah.
5. Atsar riwayat al-Imam Thawus ini banyak dikuatkan oleh
riwayat-riwayat lainnya, di antaranya dari al-Imam Mujahid,
--yang juga murid sahabat Abdullah ibn Abbas--, berkata:
ِ
َ ػىاَ. ِ َ ف َ را َ ق و َ ػتَىاَتيق١اَنفد ِ َ ن َ َ ػك َ و َ ـ َ ْ َ ْ َ مَـاكأَةعب َ سَروبقلاَىل َ َ ع َ حاورمأا
ُ َ ُ
ُ َ
َ
162 َAs-Suyuthi, al-Hawi Li al-Fatawi, j. 2, h. 179