Page 119 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 119
Memahami Makna Bid‟ah | 117
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
َ َ ؿاقَنملَافيبخَ،بدمأاَ ُ ؾوُ لسَلضْ فمأاَ فَمأَ ةدايسلاَ رْ كذَ َ لىومأا
ًَ
ّ
َ
َ
َ
ْ
َ َ
ْ َ
ُ
ْ ُ َ
ِ ِ
ِ
ِ
ِ
َىاَثكدحوَ،ُ ؿومأاَدمتعق١اوَ،دراولاَىَ لعَاراصتْ قإَةدايسلاَُ ؾرػتَ َ لىومأا
َ ً َ
َ ْ
ُ َْ َ
َ
َ ُ ْ َ َ
ْ
َ
َ َّ
ُ
ِ ِ
ِ
ِ
ِ ِ
ِ ِ
َ ػىاَ. َ لطابَءايلابَىاَواولابَمُ كتيبصَقيَنيودوست
َ
ُْ ُ
ٌ َ َ
َ ْ
َ
َ
“Yang lebih utama adalah mengucapkan kata “Sayyid”, karena yang
lebih afdlal adalah menjalankan adab. Hal ini berbeda dengan
pendapat orang yang mengatakan bahwa lebih utama
meninggalkan kata “Sayyid” dengan alasan mencukupkan di atas
yang warid saja. Dan pendapat mu‟tamad adalah pendapat yang
pertama. Adapun hadits “La Tusawwiduni Fi Shalatikum”, yang
seharusnya dengan “waw” (Tusawwiduni) bukan dengan “ya”
158
(Tusayyiduni) adalah hadits yang batil” .
(Empat Belas): Mendirikan shalat Jum‟at lebih dari satu
(ta‟addud al-jumu‟ah). di masa Rasulullah, bahkan hingga di zaman
para Sahabat dan Tabi‟in; shalat jum‟at hanya dilaksanakan di satu
tempat. Hanya satu kelompok shalat jum‟at, tidak berbilang. Yaitu
hanya di masjid Nabawi. Demikian dinyatakan oleh para
sejarawan dan para huffazh al-hadits, seperti al-Hafizh al-Bayhaqi, al-
Hafizh Ibnul Mundzir, dan al-Hafizh Ibnu „Asakir. Pertama kali
dibuat shalat jum‟at selain shalat jum‟at yang ada di masjid
Nabawi adalah para masa al-Mu‟tadlid di Baghdad. Ia Shalat
jum‟at di satu tempat, --bukan masjid--, di wilayah istana karena
khawatir atas keselamatan dirinya. Ini terjadi di tahun 280 H,
sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi
dalam kitab Tarikh Baghdad. Kemudian di masa al-Muktafi barulah
dibangun masjid di wilayah istana tersebut. Dari semenjak itu,
hingga sekarang seluruh umat Islam di berbagai pelosok dunia
mendirikan shalat Jum‟at di berbagai tempat, dan terjadilah apa
yang disebut dengan ta‟addud al-jum‟ah. Dan tidak ada seorang-pun
158 َAl-Bajuri, Hasyiah al-Bajuri, j. 1, h. 156